Saya cukup bersyukur ketika gaji pertama saya 900ribu rupiah sampai suatu saat saya mengetahui gaji temen saya 4,5jt.
Saya cukup senang ketika bisa membeli sebuah motor bebek sampai suatu saat saya mengetahui teman saya membeli sebuah motor sport.
Saya cukup berbahagia ketika saya bisa membeli sebuah rumah sederhana sampai suatu saat saya mengunjungi seorang teman yang memiliki sebuah rumah mewah.
Saya cukup bangga ketika saya bisa membeli sebuah mobil kecil buatan jepang sampai suatu saat saya melihat seorang teman mengendarai mobil besar buatan eropa.
Saya begitu hepi ketika bisa piknik ke taman wisata sampai suatu saat saya mengetahui teman saya piknik ke luar negeri.
Ternyata kepo itu bisa merusak kebahagiaan dan mengurangi rasa syukur kita.
.
.
.
Saya merasa bangga saat bisa mentransfer sebagian gaji untuk orang tua sampai suatu saat mengetahui seorang teman ternyata tidak hanya membantu orang tuanya tetapi juga membantu adik-adik dan saudara-saudaranya.
Saya merasa alim saat bisa menjaga sholat 5 waktu sampai saya melihat seorang teman begitu rajin dan konsisten sholat dhuha dan tahajud setiap hari.
Saya merasa cukup dengan menunaikan zakat sampai saya mengetahui seorang teman tidak hanya rutin membayar zakat tetapi juga rajin berinfak dan mewakafkan sebagian hartanya.
Saya merasa bersih ketika bisa membebaskan diri dari riba sampai suatu saat ada kenalan yang telah berhasil mendirikan sebuah Developer Syariah tanpa menggunakan praktik ribawi.
Ternyata kepo itu juga bisa memotivasi diri untuk menjadi lebih baik dan mulia.
Kelola rasa kepo hanya untuk hal-hal positif saja…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar